Jumat, 30 Desember 2011

A Separation (2011)



“What is wrong is wrong, no matter who said it or where it's written” - Nader

Nader (Peyman Moaadi) dan Simin (Leila Hatami) merupakan pasangan dari keluarga kelas menengah Iran yang sedang menghadapi dilema perceraian. Seperti masalah perceraian pada umumnya, penyebab keretakan rumah tangga ini pada dasarnya adalah perbedaan visi hidup. Klasik.

Simin menginginkan agar keluarga mereka (Nader, Simin dan Termeh) pindah keluar negeri demi masa depan yang lebih baik terutama bagi putri tunggalnya, Termeh. Namun disisi lain Nader tidak dapat meninggalkan Iran karena harus mengurus ayahnya yang merupakan penderita Alzheimer. Mereka saling mempertahankan argument masing-masing sehingga pada akhirnya Simin memutuskan untuk mengajukan cerai melalui persidangan. Awalnya Nader menolak, namun karena Simin bersikeras sehingga pada akhirnya mereka mengambil jalan perpisahan. Sambil menunggu putusan persidangan, Simin memutuskan untuk pindah sementara ke rumah orang tua kandungnya. Nader dan Termeh tetap tinggal di apartemen bersama dengan Ayah Nader yang sedang sakit.

Nader merupakan pekerja kantoran, sehingga sepeninggal Simin tidak ada yang merawat ayahnya selama jam kantor. Keluarga mereka mempekerjakan seorang wanita bernama Razieh (Sareh Bayat) sebagai perawat paruh waktu. Razieh bekerja dengan sangat baik, anaknya yang bernama Somayeh juga sangat dekat dengan keluarga Nader. Namun suatu hari sepulang dari kantor, Nader menemukan ayahnya dalam keadaan tidak sadarkan diri akibat terjatuh dari tempat tidur dan dengan kondisi sebelah tangan terikat ke tempat tidur, sementara Razieh yang seharusnya merawat tidak ada di tempat. Keadaan tersebut diperparah dengan hilangnya sejumlah uang di salah satu laci penyimpanan. Nader marah besar kepada Razieh karena dianggap lalai menunaikan tugasnya dan bahkan menolak membayar upah Razieh hari itu karena beranggapan Razieh telah mencuri uang yang disimpan di laci. Razieh yang tidak merasa mengambil uang lalu membela diri, namun Nader yang sudah keburu gelap mata malah mendorong Razieh secara paksa keluar dari pintu apartemen dan akhirnya terjatuh di tangga.

Disinilah drama dimulai,  masalah besar tiba-tiba menghampiri hidup Nader, Simin dan Termeh. Setelah kejadian tersebut,  Simin mennghubungi Nader untuk segera ke rumah sakit menjenguk razieh yang keguguran dan diduga penyebabnya adalah akibat terjatuh di tangga. Houjat (Shahab Hosseini), suami Razieh, tidak terima atas kejadian tersebut. Dari sini sudah bisa diduga, lagi-lagi Nader akan berjadapan dengan pengadilan, namun kali ini untuk tuntutan pidana.
Sejak kasus ini muncul, kehidupan keluarga mereka menjadi lebih kacau. Mulai dari repotnya proses penyelidikan,  tuntut-menuntut balik antara Razieh dan Nader, saksi-saksi yang diteror oleh suami Razieh sampai aksi pengintaian tiap hari yang dilakukan oleh Houjat. Itu belum termasuk penyelesaian kasus perceraian mereka yang sebenarnya sudah lebih dulu ada. Dalam pelik masalah yang bertubi-tubi inilah sesungguhnya kebersamaan keluarga Nader dan Simin diuji. Tidak hanya bagi Nader dan Simin namun terutama bagi Termeh, putri tunggal mereka.

Deep in every detail.
Yang pertama kali terlintas di otak saya sehabis menonton adalah : Yay! You go girl, unbreakable kid! – ditujukan buat Termeh.
Sejak awal memang, fokus saya langsung tertuju ke Termeh. Anak dari korban perceraian orang tua yang terlihat sangat tegar di film ini. With all the drama follows after the separation, dia tetap terlihat seperti tidak ada apa. Suka banget sama aktingnya Sarina Farhadi ini, sangat natural dan meyakinkan.
Ngomong-ngomong soal akting, tokoh-tokoh penting di film ini mainnya sangat cantik. Simple-clean-convincing. Mungkin yang agak ganggu hanya gurunya Termeh aja hihii, yang lainnya oke, sepertinya juga efek maskara berlebihan sih yaa. Well, tapi disana penggunaan maskara emang agak berlebihan *ngikik*. Saya sih belum banyak menonton film-film Iran, tapi A Separation ini bukan yang pertama, ada beberapa yang sudah lebih dulu saya nonton. Dan seingat saya film Iran yang saya tonton akting pemainnya memang sangat natural seakan akan ya seperti itulah adanya sehari hari. Not too emotional, but emotional enough as if it wasn’t a movie. Jadi menonton itu rasanya kita ikut masuk ke kehidupan di film.
Pada dasarnya cerita di film ini adalah kehidupan rumah tangga biasa. If you look around, drama-drama semacam ini ada di sekitar kita. Tinggal buka pintu rumah dan pandangan kita. Perceraian, kemiskinan, honesty, dignity, and love. Tapi sekali lagi, it’s about how the movie served. Sehingga yang menonton juga merasa ikut terbawa ke suasanya yang dibangun oleh sutradara. Sehingga saya merasa dekat dengan film ini. Semoga kamu juga ya....
Yang saya suka banget dari film ini adalah caranya mengambil hal-hal yang biasa dan simple tapi dikemas dengan rapih. Film ini membuka mata kita bahwa hal-hal semacam ini bisa terjadi di mana saja dan kepada siapa saja. Lihat Nader dan Simin, belum juga kelar proses perceraian tiba-tiba dihadapkan dengan masalah tuntutan pidana. Siapa yang menyangka niatnya untuk memberi Razieh pekerjaan justru berujung pada tuntutan pidana? Siapa yang menyangka juga masih stress akibat perceraian terus didera masalah pidana? PIDANA!! Denger pengadilan aja sudah serem. Well, intinya : kesialan itu bisa menimpa siapa saja dan tiap keputusan itu selalu ada konsekuensinya. So, be wise.
Yang paling bikin sedih dari film ini adalah melihat kondisi Termeh yang berusaha tegar di tengah kemelut keluarganya. Ia dipaksa harus menerima kenyataan bahwa orang tuanya bercerai dan dalam waktu singkat juga secara tidak langsung menjadi korban dan menjadi saksi kasus pidana ayahnya. Siapa sih yang menginginkan orang tuanya bercerai? Ibunya bahkan menggunakan alasan ‘demi masa depan Termeh’ agar keluarga mereka bisa berangkat ke luar negeri, ambisi ibunya yang akhirnya berujung pada perceraian. Bahkan Termeh lah pada akhirnya yang harus berjuang sendirian untuk menyelamatkan pernikahan ayah-ibunya, dengan caranya sendiri. *sigh*
Disinilah terlihat keegoisan orang dewasa, yang terkadang lupa, dan pada akhirnya berani mengatasnamakan orang lain demi kepentingan mereka sendiri. Bahkan dalam usia yang masih sangat belia, Termeh ‘dipaksa’ menjadi dewasa dari usianya bahkan lebih dewasa dari orang tuanya yang (mungkin) lupa akan esensi kebahagiaan. Salahkah Nader dan Simin? Well, belum tentu. Salah dan benar itu sangat kabur di dunia ini.  :)
Miris memang... but that’s life. Kita tidak bisa mengharapkan hidup kita berjalan dengan sempurna. Bahkan dongeng pun selalu punya konflik di dalam tiap cerita, tapi intinya kan bagaimana kita menjalani hidup dan berusaha meraih kebahagiaan yang kita inginkan. Dan yang paling penting jangan biarkan masalah yang ada membuat kita lupa akan diri kita dan membuat kita rapuh akan keadaan. No! You’re bigger than every problem in this world. Dan buat anak-anak yang berasal dari keluarga broken home di luar sana, inget satu pesan saya : No matter how broken your family is.. but you have to be the unbreakable kids. It’s not gonna be easy. But hapiness is in your hands, not others. Love is everywhere, honey. Live your life with your best. :)

 Director  :  Asghar Farhadi
Casts         : Peyman Maadi, Leila Hatami, Sareh Bayat, Sarina Farhadi, Shahab Hosseini
My Rate :
1.    It’s a must see!!
2.    Film ini seruu..
3.    Lumayan deh buat weekend.
4.    Pinjem dvd-nya aja.
5.    Mending tunggu filmnya maen di tv.


ahhh somayeh comel sekalii...sini kakak ciyum :*

Senin, 26 Desember 2011

Tyrannosaur (2011)

 “Nobody save with me” – joseph

Film ini bercerita tentang joseph (Peter Mullan) dan hanna (Olivia Colman) yang dipertemukan secara kebetulan. Mereka memiliki sifat yang sangat bertolak belakang. Joseph adalah orang yang sangat temperamen, kasar, egois dan tidak punya empati. Sementara Hanna adalah orang yang berhati malaikat, taat kepada Tuhan dan percaya bahwa semua orang adalah makhluk Tuhan yang sudah seharusnya diberi kasih sayang.
Joseph dan Hanna bertemu dalam keadaan yang sangat tidak biasa. Pada suatu kesempatan Joseph yang sedang depresi, well dia emang depresi tiap hari sih, lari ke dalam sebuah toko tempat Hanna bekerja. Joseph yang sedang depresi meringkuk di balik baju yang dijual di toko terlihat sangat ketakutan. Hanna yang merasa iba, menutup sejenak tokonya kemudian menghampiri Joseph dan mengajak Joseph untuk berdoa bersama agar Joseph merasa tenang. Sejak hari itu, Joseph yang tersentuh dengan kebaikan hati Hanna selalu mampir lagi ke toko tempat Hanna bekerja.  Perlahan lahan malaikat dan iblis ini menjadi teman dekat.
Joseph yang memang pengangguran selalu mengunjungi Hanna walaupun hanya sekedar berbincang. Hanna menerima dengan terbuka, dan pertemanan yang aneh ini toh terus berlanjut dari hanya ngobrol2 di toko Hanna sampai ke minum bir di bar. Seiring berjalannya waktu, kehidupan asli Hanna mulai terkuak. Dibalik ekspresinya yang tenang ternyata Hanna menyimpan kehidupan yang kelam. Dia adalah korban kekerasan rumah tangga. Suaminya suka memukuli Hanna dan memperlakukannya secara tidak manusiawi. Disinilah terlihat ketegaran hati dari seorang Hanna yang diperlakukan semena mena namun tidak sekalipun berpikiran buruk tentang kehidupan. Sepertinya di mata Hanna semua orang pada dasarnya adalah baik, karena mereka makhluk Tuhan, sehingga Hanna selalu menanamkan image positif kepada setiap orang di sekelilingnya, bahkan kepada suaminya sendiri yang sadisnya.. *sigh*
Persahabatan antara angel and demon ini ternyata berkelanjutan cukup jauh. Pada akhirnya mereka, secara tidak sadar, saling mempengaruhi satu sama lain. Hanna dan Joseph mulai terbawa ke hidup satu sama lain dan pada akhirnya ikut terlibat didalamnya. Hanna dengan kelembutannya menunjukan kepada Joseph tentang empati dan perlahan Joseph mulai dapat memahami perasaan orang lain. Sementara Hanna yang merupakan korban kekerasan rumah tangga, dapat menemukan kenyamanan dari Joseph sebagai pengisi hidupnya yang kesepian. Melalui pertemanan ini, Joseph dan hanna membuka sisi lain dari diri mereka yang pada akhirnya membawa perubahan besar kepada kehidupan mereka masing-masing.


I was speechless. Brokenhearted.
Well, probably, this is the hardest review i’ve ever wrote. I could remember all the heartbreaking scenes tiap kali mengetik di laptop. Saya bahkan gak berani, psychologically, untuk nulis ceritanya sedikit lebih detail pada overview cerita diatas. Too emotional.
Diawal film, saat Joseph yang lagi emosi menendang anjingnya sampai mati, bikin saya shocked. I was stopped there, dan butuh sekitar dua hari untuk mengumpulkan keberanian melanjutkan menonton film ini. Saya agak takut sama yang sadis-sadis, pikiran saya sudah mengarah ke film-film slasher atau semacamnya. Sempet nanya sama temen “ini beneran drama?”. Untungnya saya memutuskan melanjutkan nonton film ini, it was really worthed. Menyelipkan waktu di sela-sela waktu istirahat untuk menonton film ini walaupun bikin saya patah hati selama beberapa hari kedepannya.
But that’s the great point about this movie. Film ini bener-bener real. Kalau kebanyakan movie maker memilih menggambarkan apa yang ingin kita lihat dari dunia, Paddy Considine memilih untuk menggambarkan sisi kehidupan yang tidak ingin kita lihat. Tapi kenyataan tidak selalu berurai air mata bahagia, tidak melulu romance atau hantu2 gak jelas yang populer banget di asia. Saking real-nya, film ini mampu menarik emosi penontonnya dalam, yes it’ll dragged you deep, jauh ke dalam tiap emosi tokoh-tokoh di film ini sejak opening film. Belum lagi akting pemainnya yang juga very very emotional. Those expressions are very real. Apalagi anak kecil tetangga Joseph, Samuel, aduhh miriss sumpah miriss. Wajah sepolos itu harus menyaksikan dan bahkan mengalami kekerasan di rumahnya sendiri. Patah hati, patah hati deh. #seseknafas

Menonton film ini membuat kita berpikir bahwa memang mungkin semua hal di dunia ini itu ada maksudnya. Kalau sesuatu digariskan untuk kita, mungkin ada alasan dibalik itu semua. Seperti pertemuan Joseph dan Hanna yang super aneh, i mean, si Joseph yang lagi depresi tiba-tiba lari dan memutuskan untuk sembunyi lalu masuk ke dalam sebuah toko. Itu kan random banget. From all the possible places, he randomly ran into a store? Kenapa enggak gudang, garasi, hutan apa aja kek yang tersembunyi. Tapi hari itu insting Joseph bilang ‘Go into the store and hide!?’ sehingga nasib mempertemukannya dengan Hanna. Pada awalnya saya berpikir pertemuan ini ditujukan untuk Joseph so that he can have a better heart. Tapi ternyata jauh dibalik itu semua, pada akhirnya mereka saling membutuhkan satu sama lain. Joseph needs Hanna to lead him into brighter direction, a brighter world, jadi hidupnya tidak melulu kelam dan penuh kekerasan. In the other hand, Joseph dengan segala sifat buruknya mampu memberi kekuatan pada Hanna. Hanna yang berhati lembut dan penakut tidak mampu berbuat apa-apa saat suaminya melakukan hal-hal buruk padanya. So then this friendship finally gave her a little courage to defend herself, a courage that pushed Hanna to do something that we’ll never imagine before.

Hmmm... tapi ya memang hidup seperti itu ya... digambarkan dengan cara apapun kita akan kembali ke wisdom words klasik yang itu-itu aja. Bahwa kita hidup di dunia ini saling membutuhkan satu sama lain dan bahwa Tuhan bekerja dengan cara yang misterius untuk membawa kita ke jalan yang kita pilih. Kalau menurut saya, inti film ini adalah bahwa hidup itu tidak hitam dan putih saja, benar dan salah. So beter not to judge people based on what we saw or heard. Life is much more complicated than that and twisted.  Penuh kejutan yang tidak disangka sangka, sama seperti film ini. Film yang sukses ‘menipu’ saya dan meninggalkan emosi yang membekas di memori saya. Brilliant! (tapi masih tetep patah hati yaa, sayanya... )

 Director                : Paddy Considine
Casts                     : Peter Mullan,  Olivia Colman, Eddie Marsnan, Samuel Bottomley

My Rate :

1.   It’s a must see!!

2.    Film ini seruu..

3.    Lumayan deh buat weekend.

4.    Pinjem dvd-nya aja.

5.    Mending tunggu filmnya maen di tv.

Note : Film ini really worth to watch. Buat penonton yang memang mengejar kualitas, well, it’s a must see then. Buat penonton yang menonton film for entertainment purpose, well maybe this isn’t your interest tapi gak ada salahnya to explore new experience kan? *wink*





 

 

Blog Template by YummyLolly.com