Jumat, 30 Desember 2011

A Separation (2011)



“What is wrong is wrong, no matter who said it or where it's written” - Nader

Nader (Peyman Moaadi) dan Simin (Leila Hatami) merupakan pasangan dari keluarga kelas menengah Iran yang sedang menghadapi dilema perceraian. Seperti masalah perceraian pada umumnya, penyebab keretakan rumah tangga ini pada dasarnya adalah perbedaan visi hidup. Klasik.

Simin menginginkan agar keluarga mereka (Nader, Simin dan Termeh) pindah keluar negeri demi masa depan yang lebih baik terutama bagi putri tunggalnya, Termeh. Namun disisi lain Nader tidak dapat meninggalkan Iran karena harus mengurus ayahnya yang merupakan penderita Alzheimer. Mereka saling mempertahankan argument masing-masing sehingga pada akhirnya Simin memutuskan untuk mengajukan cerai melalui persidangan. Awalnya Nader menolak, namun karena Simin bersikeras sehingga pada akhirnya mereka mengambil jalan perpisahan. Sambil menunggu putusan persidangan, Simin memutuskan untuk pindah sementara ke rumah orang tua kandungnya. Nader dan Termeh tetap tinggal di apartemen bersama dengan Ayah Nader yang sedang sakit.

Nader merupakan pekerja kantoran, sehingga sepeninggal Simin tidak ada yang merawat ayahnya selama jam kantor. Keluarga mereka mempekerjakan seorang wanita bernama Razieh (Sareh Bayat) sebagai perawat paruh waktu. Razieh bekerja dengan sangat baik, anaknya yang bernama Somayeh juga sangat dekat dengan keluarga Nader. Namun suatu hari sepulang dari kantor, Nader menemukan ayahnya dalam keadaan tidak sadarkan diri akibat terjatuh dari tempat tidur dan dengan kondisi sebelah tangan terikat ke tempat tidur, sementara Razieh yang seharusnya merawat tidak ada di tempat. Keadaan tersebut diperparah dengan hilangnya sejumlah uang di salah satu laci penyimpanan. Nader marah besar kepada Razieh karena dianggap lalai menunaikan tugasnya dan bahkan menolak membayar upah Razieh hari itu karena beranggapan Razieh telah mencuri uang yang disimpan di laci. Razieh yang tidak merasa mengambil uang lalu membela diri, namun Nader yang sudah keburu gelap mata malah mendorong Razieh secara paksa keluar dari pintu apartemen dan akhirnya terjatuh di tangga.

Disinilah drama dimulai,  masalah besar tiba-tiba menghampiri hidup Nader, Simin dan Termeh. Setelah kejadian tersebut,  Simin mennghubungi Nader untuk segera ke rumah sakit menjenguk razieh yang keguguran dan diduga penyebabnya adalah akibat terjatuh di tangga. Houjat (Shahab Hosseini), suami Razieh, tidak terima atas kejadian tersebut. Dari sini sudah bisa diduga, lagi-lagi Nader akan berjadapan dengan pengadilan, namun kali ini untuk tuntutan pidana.
Sejak kasus ini muncul, kehidupan keluarga mereka menjadi lebih kacau. Mulai dari repotnya proses penyelidikan,  tuntut-menuntut balik antara Razieh dan Nader, saksi-saksi yang diteror oleh suami Razieh sampai aksi pengintaian tiap hari yang dilakukan oleh Houjat. Itu belum termasuk penyelesaian kasus perceraian mereka yang sebenarnya sudah lebih dulu ada. Dalam pelik masalah yang bertubi-tubi inilah sesungguhnya kebersamaan keluarga Nader dan Simin diuji. Tidak hanya bagi Nader dan Simin namun terutama bagi Termeh, putri tunggal mereka.

Deep in every detail.
Yang pertama kali terlintas di otak saya sehabis menonton adalah : Yay! You go girl, unbreakable kid! – ditujukan buat Termeh.
Sejak awal memang, fokus saya langsung tertuju ke Termeh. Anak dari korban perceraian orang tua yang terlihat sangat tegar di film ini. With all the drama follows after the separation, dia tetap terlihat seperti tidak ada apa. Suka banget sama aktingnya Sarina Farhadi ini, sangat natural dan meyakinkan.
Ngomong-ngomong soal akting, tokoh-tokoh penting di film ini mainnya sangat cantik. Simple-clean-convincing. Mungkin yang agak ganggu hanya gurunya Termeh aja hihii, yang lainnya oke, sepertinya juga efek maskara berlebihan sih yaa. Well, tapi disana penggunaan maskara emang agak berlebihan *ngikik*. Saya sih belum banyak menonton film-film Iran, tapi A Separation ini bukan yang pertama, ada beberapa yang sudah lebih dulu saya nonton. Dan seingat saya film Iran yang saya tonton akting pemainnya memang sangat natural seakan akan ya seperti itulah adanya sehari hari. Not too emotional, but emotional enough as if it wasn’t a movie. Jadi menonton itu rasanya kita ikut masuk ke kehidupan di film.
Pada dasarnya cerita di film ini adalah kehidupan rumah tangga biasa. If you look around, drama-drama semacam ini ada di sekitar kita. Tinggal buka pintu rumah dan pandangan kita. Perceraian, kemiskinan, honesty, dignity, and love. Tapi sekali lagi, it’s about how the movie served. Sehingga yang menonton juga merasa ikut terbawa ke suasanya yang dibangun oleh sutradara. Sehingga saya merasa dekat dengan film ini. Semoga kamu juga ya....
Yang saya suka banget dari film ini adalah caranya mengambil hal-hal yang biasa dan simple tapi dikemas dengan rapih. Film ini membuka mata kita bahwa hal-hal semacam ini bisa terjadi di mana saja dan kepada siapa saja. Lihat Nader dan Simin, belum juga kelar proses perceraian tiba-tiba dihadapkan dengan masalah tuntutan pidana. Siapa yang menyangka niatnya untuk memberi Razieh pekerjaan justru berujung pada tuntutan pidana? Siapa yang menyangka juga masih stress akibat perceraian terus didera masalah pidana? PIDANA!! Denger pengadilan aja sudah serem. Well, intinya : kesialan itu bisa menimpa siapa saja dan tiap keputusan itu selalu ada konsekuensinya. So, be wise.
Yang paling bikin sedih dari film ini adalah melihat kondisi Termeh yang berusaha tegar di tengah kemelut keluarganya. Ia dipaksa harus menerima kenyataan bahwa orang tuanya bercerai dan dalam waktu singkat juga secara tidak langsung menjadi korban dan menjadi saksi kasus pidana ayahnya. Siapa sih yang menginginkan orang tuanya bercerai? Ibunya bahkan menggunakan alasan ‘demi masa depan Termeh’ agar keluarga mereka bisa berangkat ke luar negeri, ambisi ibunya yang akhirnya berujung pada perceraian. Bahkan Termeh lah pada akhirnya yang harus berjuang sendirian untuk menyelamatkan pernikahan ayah-ibunya, dengan caranya sendiri. *sigh*
Disinilah terlihat keegoisan orang dewasa, yang terkadang lupa, dan pada akhirnya berani mengatasnamakan orang lain demi kepentingan mereka sendiri. Bahkan dalam usia yang masih sangat belia, Termeh ‘dipaksa’ menjadi dewasa dari usianya bahkan lebih dewasa dari orang tuanya yang (mungkin) lupa akan esensi kebahagiaan. Salahkah Nader dan Simin? Well, belum tentu. Salah dan benar itu sangat kabur di dunia ini.  :)
Miris memang... but that’s life. Kita tidak bisa mengharapkan hidup kita berjalan dengan sempurna. Bahkan dongeng pun selalu punya konflik di dalam tiap cerita, tapi intinya kan bagaimana kita menjalani hidup dan berusaha meraih kebahagiaan yang kita inginkan. Dan yang paling penting jangan biarkan masalah yang ada membuat kita lupa akan diri kita dan membuat kita rapuh akan keadaan. No! You’re bigger than every problem in this world. Dan buat anak-anak yang berasal dari keluarga broken home di luar sana, inget satu pesan saya : No matter how broken your family is.. but you have to be the unbreakable kids. It’s not gonna be easy. But hapiness is in your hands, not others. Love is everywhere, honey. Live your life with your best. :)

 Director  :  Asghar Farhadi
Casts         : Peyman Maadi, Leila Hatami, Sareh Bayat, Sarina Farhadi, Shahab Hosseini
My Rate :
1.    It’s a must see!!
2.    Film ini seruu..
3.    Lumayan deh buat weekend.
4.    Pinjem dvd-nya aja.
5.    Mending tunggu filmnya maen di tv.


ahhh somayeh comel sekalii...sini kakak ciyum :*

Senin, 26 Desember 2011

Tyrannosaur (2011)

 “Nobody save with me” – joseph

Film ini bercerita tentang joseph (Peter Mullan) dan hanna (Olivia Colman) yang dipertemukan secara kebetulan. Mereka memiliki sifat yang sangat bertolak belakang. Joseph adalah orang yang sangat temperamen, kasar, egois dan tidak punya empati. Sementara Hanna adalah orang yang berhati malaikat, taat kepada Tuhan dan percaya bahwa semua orang adalah makhluk Tuhan yang sudah seharusnya diberi kasih sayang.
Joseph dan Hanna bertemu dalam keadaan yang sangat tidak biasa. Pada suatu kesempatan Joseph yang sedang depresi, well dia emang depresi tiap hari sih, lari ke dalam sebuah toko tempat Hanna bekerja. Joseph yang sedang depresi meringkuk di balik baju yang dijual di toko terlihat sangat ketakutan. Hanna yang merasa iba, menutup sejenak tokonya kemudian menghampiri Joseph dan mengajak Joseph untuk berdoa bersama agar Joseph merasa tenang. Sejak hari itu, Joseph yang tersentuh dengan kebaikan hati Hanna selalu mampir lagi ke toko tempat Hanna bekerja.  Perlahan lahan malaikat dan iblis ini menjadi teman dekat.
Joseph yang memang pengangguran selalu mengunjungi Hanna walaupun hanya sekedar berbincang. Hanna menerima dengan terbuka, dan pertemanan yang aneh ini toh terus berlanjut dari hanya ngobrol2 di toko Hanna sampai ke minum bir di bar. Seiring berjalannya waktu, kehidupan asli Hanna mulai terkuak. Dibalik ekspresinya yang tenang ternyata Hanna menyimpan kehidupan yang kelam. Dia adalah korban kekerasan rumah tangga. Suaminya suka memukuli Hanna dan memperlakukannya secara tidak manusiawi. Disinilah terlihat ketegaran hati dari seorang Hanna yang diperlakukan semena mena namun tidak sekalipun berpikiran buruk tentang kehidupan. Sepertinya di mata Hanna semua orang pada dasarnya adalah baik, karena mereka makhluk Tuhan, sehingga Hanna selalu menanamkan image positif kepada setiap orang di sekelilingnya, bahkan kepada suaminya sendiri yang sadisnya.. *sigh*
Persahabatan antara angel and demon ini ternyata berkelanjutan cukup jauh. Pada akhirnya mereka, secara tidak sadar, saling mempengaruhi satu sama lain. Hanna dan Joseph mulai terbawa ke hidup satu sama lain dan pada akhirnya ikut terlibat didalamnya. Hanna dengan kelembutannya menunjukan kepada Joseph tentang empati dan perlahan Joseph mulai dapat memahami perasaan orang lain. Sementara Hanna yang merupakan korban kekerasan rumah tangga, dapat menemukan kenyamanan dari Joseph sebagai pengisi hidupnya yang kesepian. Melalui pertemanan ini, Joseph dan hanna membuka sisi lain dari diri mereka yang pada akhirnya membawa perubahan besar kepada kehidupan mereka masing-masing.


I was speechless. Brokenhearted.
Well, probably, this is the hardest review i’ve ever wrote. I could remember all the heartbreaking scenes tiap kali mengetik di laptop. Saya bahkan gak berani, psychologically, untuk nulis ceritanya sedikit lebih detail pada overview cerita diatas. Too emotional.
Diawal film, saat Joseph yang lagi emosi menendang anjingnya sampai mati, bikin saya shocked. I was stopped there, dan butuh sekitar dua hari untuk mengumpulkan keberanian melanjutkan menonton film ini. Saya agak takut sama yang sadis-sadis, pikiran saya sudah mengarah ke film-film slasher atau semacamnya. Sempet nanya sama temen “ini beneran drama?”. Untungnya saya memutuskan melanjutkan nonton film ini, it was really worthed. Menyelipkan waktu di sela-sela waktu istirahat untuk menonton film ini walaupun bikin saya patah hati selama beberapa hari kedepannya.
But that’s the great point about this movie. Film ini bener-bener real. Kalau kebanyakan movie maker memilih menggambarkan apa yang ingin kita lihat dari dunia, Paddy Considine memilih untuk menggambarkan sisi kehidupan yang tidak ingin kita lihat. Tapi kenyataan tidak selalu berurai air mata bahagia, tidak melulu romance atau hantu2 gak jelas yang populer banget di asia. Saking real-nya, film ini mampu menarik emosi penontonnya dalam, yes it’ll dragged you deep, jauh ke dalam tiap emosi tokoh-tokoh di film ini sejak opening film. Belum lagi akting pemainnya yang juga very very emotional. Those expressions are very real. Apalagi anak kecil tetangga Joseph, Samuel, aduhh miriss sumpah miriss. Wajah sepolos itu harus menyaksikan dan bahkan mengalami kekerasan di rumahnya sendiri. Patah hati, patah hati deh. #seseknafas

Menonton film ini membuat kita berpikir bahwa memang mungkin semua hal di dunia ini itu ada maksudnya. Kalau sesuatu digariskan untuk kita, mungkin ada alasan dibalik itu semua. Seperti pertemuan Joseph dan Hanna yang super aneh, i mean, si Joseph yang lagi depresi tiba-tiba lari dan memutuskan untuk sembunyi lalu masuk ke dalam sebuah toko. Itu kan random banget. From all the possible places, he randomly ran into a store? Kenapa enggak gudang, garasi, hutan apa aja kek yang tersembunyi. Tapi hari itu insting Joseph bilang ‘Go into the store and hide!?’ sehingga nasib mempertemukannya dengan Hanna. Pada awalnya saya berpikir pertemuan ini ditujukan untuk Joseph so that he can have a better heart. Tapi ternyata jauh dibalik itu semua, pada akhirnya mereka saling membutuhkan satu sama lain. Joseph needs Hanna to lead him into brighter direction, a brighter world, jadi hidupnya tidak melulu kelam dan penuh kekerasan. In the other hand, Joseph dengan segala sifat buruknya mampu memberi kekuatan pada Hanna. Hanna yang berhati lembut dan penakut tidak mampu berbuat apa-apa saat suaminya melakukan hal-hal buruk padanya. So then this friendship finally gave her a little courage to defend herself, a courage that pushed Hanna to do something that we’ll never imagine before.

Hmmm... tapi ya memang hidup seperti itu ya... digambarkan dengan cara apapun kita akan kembali ke wisdom words klasik yang itu-itu aja. Bahwa kita hidup di dunia ini saling membutuhkan satu sama lain dan bahwa Tuhan bekerja dengan cara yang misterius untuk membawa kita ke jalan yang kita pilih. Kalau menurut saya, inti film ini adalah bahwa hidup itu tidak hitam dan putih saja, benar dan salah. So beter not to judge people based on what we saw or heard. Life is much more complicated than that and twisted.  Penuh kejutan yang tidak disangka sangka, sama seperti film ini. Film yang sukses ‘menipu’ saya dan meninggalkan emosi yang membekas di memori saya. Brilliant! (tapi masih tetep patah hati yaa, sayanya... )

 Director                : Paddy Considine
Casts                     : Peter Mullan,  Olivia Colman, Eddie Marsnan, Samuel Bottomley

My Rate :

1.   It’s a must see!!

2.    Film ini seruu..

3.    Lumayan deh buat weekend.

4.    Pinjem dvd-nya aja.

5.    Mending tunggu filmnya maen di tv.

Note : Film ini really worth to watch. Buat penonton yang memang mengejar kualitas, well, it’s a must see then. Buat penonton yang menonton film for entertainment purpose, well maybe this isn’t your interest tapi gak ada salahnya to explore new experience kan? *wink*





 

Minggu, 23 Oktober 2011

Sang Penari (2011)




"Jadi ronggeng itu bukan cuma urusan perkara nari saja.” - Nyai Kertaredja
Saat kecil, Srintil dan Rasus sering menonton pertunjukan Ronggeng di dusun mereka, Dukuh Paruk. Melihat keanggunan seorang Ronggeng, Srintil kecil bercita-cita menjadi seorang Ronggeng. Saat dewasa, Srintil dan Rasus yang bersahabat sejak kecil pun saling jatuh cinta. Namun cinta mereka tidak dapat dipersatukan karena Srintil dinobatkan sebagai seorang Ronggeng yang menjadi cita-citanya sejak kecil. Menjadi seorang Ronggeng, berarti Srintil menjadi milik seluruh desa Dukuh Paruk dan harus mengabdikan diri kepada leluhurnya, jiwa dan raga. Rasus yang tidak dapat bersama dengan Srintil akhirnya memutuskan untuk bergabung dengan TNI untuk melupakan cintanya terhadap Srintil.

Rasus menghilang dari kehidupan Dukuh Paruk dan memutuskan tinggal di lingkungan tentara, sedangkan Srintil sibuk dengan kehidupannya sebagai Ronggeng.

Dukuh Paruk merupakan daerah yang terpencil, sebagian besar penduduknya tidak tahu baca dan tulis sehingga mudah dibodohi oleh Tuan2 tanah dan mandor perkebunan lokal. Kemudian seorang pemuda dari kota bernama Bakar datang ke Dukuh Paruk untuk membawa perubahan yang lebih baik bagi masyarakat setempat. Dengan membawa nama Serikat Tani, paham komunis mendekati warga Dukuh Paruk untuk menggalang suara bagi partainya. Namun disinilah awal penderitaan sesungguhnya bagi warga Dukuh Paruk.
Saat G30S PKI pecah, kekacauan muncul dimana mana, pemberantasan terhadap oknum-oknum PKI pun dimulai. Seluruh daerah jawa disisir, tak terkecuali Dukuh Paruk yang memang menjadi salah satu daerah binaan PKI. Pembantaian terhadap oknum-oknum PKI pun dimulai. Rasus yang saat itu juga terlibat dalam pembantaian PKI pun tidak dapat menahan keinginannya untuk mencari keberadaan Srintil. Mengantongi ijin dari atasannya, Rasus mencari jejak keberadaan Srintil. Usaha Rasus untuk mencari Srintil tidak mudah dan memakan waktu yang lama. Pada akhirnya nasib memepertemukan mereka, namun keadaan sudah sangat berubah sehingga mereka memilih mengambil jalan masing-masing.


Overall, saya suka dengan film ini. Mengambil setting tahun 1960-an. Walaupun intinya tetep cecintaan antara dua tokoh utama, tapi rasa 'jawa'nya, kekentalan budayanya terasa banget. Suasana pedesaan di pedalaman Jawa yang saat itu memang nyaris tidak tersentuh peradaban modern, dimana masyarakatnya masih menganut kepercayaan kuno. Saya merasa benar-benar terbawa ke suasana pedesaan Jawa jaman dulu. Setting persawahan yang masih alami, jejeran gubuk desa yang berlantaikan tanah dan tembok anyaman, serta sesajen di makam leluhur berhasil menciptakan atmosfer kuno di film ini, well kalau itu memang tujuannya. Akting-akting pemainnya juga oke banget. Walaupun bahasa jawa-nya masih agak terasa kaku di beberapa bagian (bok gue jawa yahh...), tapi bisa banget diterima lahh.... Terutama buat Prisa Nasution dan Oka Antara yang berhasil menunjukkan passion of love antara Srintil dan Rasus. Jadi ikut merasakan pedihnya, patah hatinya mereka berdua karena tidak bisa bersama.
Oh iya, hampir lupa, akting Slamet Rahardjo dan Dewi Irawan yang memang sudah senior tidak perlu diragukan lagi. Bahkan dengan budaya Ronggeng yang menurut saya agak, maaf, merendahkan wanita itu, akting mereka bisa membuat saya paham dimana letak 'keistimewaan' Ronggeng di mata budaya Jawa saat itu dan mengerti kenapa dibanggakan banget. But still yaa... miris lihatnya. Apalagi adegan urut saat luluran itu....huhuuu jahat deh L



Yang menurut saya agak kurang dari film ini adalah...LAMA. Bukan lama durasinya, tapi alurnya sedikit agak lambat. Saya masih bisa nih, bbm-an lancar dan tetap merasa 'oh masih yg ini ya?' bbm-an sambil nonton itu jarang saya lakukan, tapi saya kok malah nyari-nyari bb ya? Hehee. Penggambaran sejarahnya juga tanggung sih yaa.... Penonton harus mempunyai background pengetahuan sejarah dan politik yang cukup baik kalau ingin paham tema politik yang digambarkan di film ini. Ya kan penonton awam bisa bingung aja ... Ada orang mau ngebantuin desa supaya maju, trus genteng2 ditandai organisasi tertentu. Lalu tiba-tiba tentara menyebut Dukuh Paruk sudah 'merah' dan di radio ada jendral dibunuh, trus tiba-tiba pada ditangkap. Coba pas pembantaian ada adegan yang masyarakat ikut membasmi PKI yang tusuk2 bunker...eh?kejadian itu di Jatim ya? Hahaha beda setting tweeps, maaf. Heheee

Ronggeng yang sebelum Srintil, Mbak Happy Salma, cuantikkk yaaaaa. Eksotis abis, Indonesia sekali, sexinya ala Jawa banget. Dan saya baru tau kalo ternyata Happy Salma itu Sunda.... tapi bisa banget jadi putri jawa ya...



Kalau ditanya ini reccomended atau enggak ... saya tetap bakal bilang film ini RECCOMENDED kok, walaupun memang agak berat. Nilai budayanya kental banget, Music scoringnya oke – jawanya dapet, feelnya pas banget dengan emosi film ini , ceritanya juga bagus banget dan beberapa kekurangan yang saya ceritain diatas gak akan mengganggu kepuasan nonton film ini kok. It was just an opinion of me. Kalau lagi cari film untuk yang pure untuk hiburan , mungkin kurang cocok sih yaa... daripada pulang dengan keadaan nauseous. Hehee

Oh iya....Tanggal 10 November, film Sang penari akan tayang secara resmi di bioskop Indonesia. Jangan dilewatkan yaa


Director        : Ifa Ifansyah
Casts            : Oka Antara, Prisa Nasution, Slamet Rahardjo, Dewi Irawan, Lukman Sardi, Tio Pakusadewo


Moviegeek Rate :
  1. It's a must see!!
  2. Film ini seruu..
  3. Bagus loh
  4. Lumayan deh buat weekend.
  5. Pinjem dvd-nya aja.
  6. Mending tunggu filmnya maen di tv.






Sabtu, 22 Oktober 2011

Midnight In Paris (2011)





That Paris exists and anyone could choose to live anywhere else in the world will always be a mystery to me. - Addriana


Gil Pender (Owen Wilson) adalah seorang penulis skenario sukses yang sedang berusaha menyelesaikan novel pertamanya, namun mengalami writer's block (toss dulu). Ia dan tunangannya Inez (Rachel Mcadams) sedang berlibur ke Paris, menemani orang tua Inez yang sedang melakukan perjalanan bisnis ke kota tersebut.
Gil dan Inez memiliki pandangan yang berbeda mengenai romantisme Paris. Gil mengagumi suasana Paris di jaman 1920-an dan selalu membayangkan hidup di jaman tersebut yang ia sebut sebagai The Golden Age. Gil selalu bercerita kepada Inez, bagaimana romantisnya Paris saat hujan di malam hari, dan bagaimana ia membayangkan suasana tersebut saat tahun 1920-an. Bagi Inez, apa yang dipikirkan Gil adalah hal yang tidak masuk akal dan membuang-buang waktu.
Pada awalnya, liburan berjalan biasa saja sampai suati hari secara kebetulan mereka bertemu dengan teman Inez semasa kuliah namun Gil sedikit kesulitan untuk bisa bergaul dan beradaptasi dengan teman Inez karena Paul selalu bersikap seakan paling tahu segalanya mengenai kehidupan Prancis. Sampai pada suat malam, sehabis Gil, Inez, Paul dan Carol makan malam mereka berencana pergi ke club, namun pada malam itu Gil tidak tertarik dan memilih untuk kembali ke hotel. Dalam keadaan setengah mabuk, Gil tersesat di tengah kota Paris. Karena kelelahan Gil akhirnya bersitirahat di tangga masuk sebuah gereja. Tepat pada saat jam 12 malam, lonceng gereja berbunyi dan datanglah sebuah mobil kuno yang kemudian membawa Gil ke petualangan kota Paris yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Sebuah kejadian tak terbayangkan yang membuat Inez dan keluarganya justru menganggap Gil adalah orang yang aneh dan delusional dengan cerita-cerita anehnya itu. Akhirnya Gil memutuskan untuk menjalani Midnight In Parisnya seorang diri, tanpa Inez.
Mereka berdua pun semakin tenggelam dalam kehidupan mereka masing-masing. Inez bersama keluarga dan teman-temannya. Sedangkan Gil sibuk dengan petualangan barunya di Paris.


Midnight In Paris. ROMANTIS. Titik!
This movie describe the best, tentang romantisme Paris melalui sudut pandang yang berbeda. Menyorot romantisme dan passion kota paris dari satu jaman ke jaman yang lain. Mengangkat tema Golden Age. Romantisme Paris ini begitu terasa didukung dengan akting yang oke dan ,,, i dont know (gak ngerti istilah filmnya),, pengambilan gambar yang menurut saya cantik. Very vintage, clean, dan cantik ... bikin saya langsung jatuh cinta sejak opening film ini, bahkan dengan ilustrasi Paris di malam hari dengan lampu-lampu jalan, diiringi musik prancis daaan HUJAN!!!
Hujan dan Paris.. kurang romantis apa coba? Jadi bikin saya pengen nanya sama kamu, kapan ajak aku kesana?(*eh? #kode kok disini hahaha)

And this Golden Age theme, bikin saya, well .. , bertanya tanya : kalau di Indonesia, Masa apa yang akan saya anggap sebagai the golden age of Indonesia? Since every era ini this country only lasted not too long and each has their own fatal crisis. (32 tahun masa orde baru, saya anggap tidak cukup panjang untuk sebuah era yang stabil bcs IMHO they all were ,,almost,,fake). Eh, kenapa jadi serius gini ya?
Gak ding..gak sedramatis itu. Tapi iya, romantisme dan seni di masa itu lebih terasa. Jaman segitu kan masih belum ada gadget yang bisa bikin kita lupa sama sekitar. I mean look at us now ... gak pegang bb semenit kayak orang bego. Kemana-mana nenteng Ipad. Berkarya via instagram, Adobe Photoshop. Yah bukannya gak bagus, tapi jadi gak fokus sama sesuatu yang sifatnya basic. Pensil dan kertas. Dulu... sebelum saya menggunakan smart phone, saya selalu bawa notes kecil dan pensil. Ada aja yang digambar atau ditulis kalau lagi iseng. But then the gadgets came into my life..dan kebiasaan itu hilang sejak saya punya laptop yang agak kecilan. Eh, kenapa jadi ngomongin beginian ya?

Maaf ya, gini nih kalau nulis di tengah hujan, di teras rumah pula, dingin semriwing, pikiran kemana mana.hehee
Oke back to the movie talk then...
Di film ini akan banyak sekali tokoh terkenal yang mewarnai Midnight In Parisnya si Gil. Gak akan saya ceritakan disini, karena bagian-bagian itu memang sudah seharusnya menjadi kejutan di film ini. Setiap kejutan yang ditampilkan sama om Woody Allen di film ini, tiap orang-orang penting itu muncul, saya secara refleks bilang 'wow' dan tersenyum sepanjang film. It was just AWESOME.

Oh iya, difilm ini juga ada Carla Bruni. Cantik ya.... ibu negara Prancis ini, dulunya supermodel ya kalo gak salah and also a singer. Anggun sekali... (tanpa mengingat kelakuannya jaman muda ya ... *mendadak gosip) –semoga ini tidak termasuk spoiler.

IMHO, film ini highly reccomended! beneran nonton deh...dijamin gak rugi. Karena film ini akan memanjakan mata dan hati kamu mulai dari awal sampai akhir. Belum lagi kejutan kejutan yang akan muncul. I am totally speechless.


Director        : Woody Allen
Casts            : Owen Wilson, Rachel Mc Adams, Michael Sheen, Carla Bruni, Kurt Fuller


Moviegeek Rate :
  1. It's a must see!!
  2. Film ini seruu..
  3. Bagus loh J
  4. Lumayan deh buat weekend.
  5. Pinjem dvd-nya aja.
  6. Mending tunggu filmnya maen di tv.
     

 

The Starry Night ... kalo gak salah Vincent van Gogh


love the background






pojok kiri atas, pendar lampunya berbentuk hati. Romantis ya...

Minggu, 11 September 2011

Review : Tendangan Dari Langit (2011)


"Who is Irfan Bachdim?  ... "  - Hendro (Giorgino Abraham)

Tinggal di daerah terpencil tidak membuat Wahyu (Yosie Kristianto), anak muda dari Desa Langitan, melupakan mimpinya bermain Sepak Bola di lapangan besar. Dengan segala keterbatasan lingkungan, ekonomi(termasuk tidak punya sepatu bola) tidak membuat Wahyu kehilangan semangat berlatih sepak bola. Dengan bakatnya, tim kampung setempat pun melirik Wahyu untuk bermain sepak bola dengan diberi bayaran. Namun Pak Darto (Sudjiwo Tedjo),ayah Wahyu, sangat menentang Wahyu untuk bermain sepak bola. Sehingga tidak sedikit hukuman yang ia terima dari ayahnya setiap ketahuan bermain sepak bola.
Kecintaan Wahyu kepada olah raga inilah yang membuat Wahyu tetap bertekad bermain bola walaupun mendapat larangan keras dari Sang Ayah. Wahyu sempat mengalah dan mengikuti perintah ayahnya untuk berhenti bermain sepak bola, tapi dengan kesabarannya Wahyu perlahan-lahan dapat melunakkan hati ayahnya agar ia diijinkan kembali bermain sepak bola. Keberuntungan pun berpihak pada Wahyu, takdir mempertemukan Wahyu dengan pelatih Persema dalam sebuah kejadian yang tidak disengaja. Saat Coach Timo dan Mathias Ibo sedang jogging di lereng Gunung Bromo, secara tidak sengaja mereka melihat Wahyu dan Ayahnya sedang berlatih, dan kemudian memutuskan mengundang Wahyu untuk try out dengan Persema.
Kesempatan try out inilah yang pada akhirnya membuka jalan bagi Wahyu untuk masuk ke dunia persepakbolaan. Apakah Wahyu dapat meraih mimpinya menjadi pemain professional? Well the answer is on the movie. Makanya yukk ditonton yuukkk... J
 ---
Film ini keren cuk!! Jancuk yoo!! astaghfirlah...anak cewek gak boleh misuh2... 0:) *self toyor* hehee
Well, overall film ini bagus. Akting pemainnya mantap (Bachdim dan Kurniawan gak dihitung ya, mereka itu nampil gak akting), yang salut banget justru akting si Yosie (pemeran Wahyu) sendiri. Pendatang baru tapi benar-benar bisa menonjolkan nyawa dari tokoh yang diperankan dan gak cuman itu, skill bermain bolanya juga lumayan oke sehingga saat harus bermain dengan pemain bola professional seperti Irfan Bachdim dan Kim Kurniawan, Yosie masih bisa mengimbangi. Yosie benar-benar berhasil meyakinkan saya kalau dia bisa bermain sepak bola. Film ini juga dipermanis dengan penampilan Maudy Ayunda yang emang manisnya bikin melting cowok2 dan bikin sirik cewek2 seIndonesia. Ditambah penampilan sahabat-sahabat Wahyu yang diperankan oleh Jordy Onsu dan Joshua Suherman sukses bikin ngakak, kombinasi yang pas antara teman yang hiperbola ,freak dan kebangetan puitisnya.
Yang paling outstanding disini tentu saja Kanjeng Sujiwo Tedjo dengan Jancuk’annya...Dewa Jancukers ini emang gak pernah setengah-setengah kalau urusan Jancuk’an. Yang orang Jawa Timur atau mereka yang follower account twitter @sujiwotejo pasti ngakak habis-habisan setiap liat Kanjeng satu ini mengeluarkan C*k bomb-nya. Parah!! But,,that’s how things going on in East Java.. Sebagai orang Surabaya, saya sih maklum-maklum saja... hehee
Uhmm...dari segi akting sih sudah oke. Trus ceritanya gimana? Sebenarnya ide cerita film ini sudah oke banget...alurnya juga mudah diikuti dan tidak membuat penonton bingung. Hanya saja, di beberapa bagian cerita yang menurut saya penting (sengaja tidak saya sebutkan karena takut spoiler), eksekusinya justru kurang mengena sehingga mengurangi makna cerita itu sendiri. Dan ada beberapa joke di beberapa bagian yang saya kurang suka, agak sedikit garing gitu. Tapi keseluruhan sudah oke banget kokk.... Dan film ini emang wajib tonton sih. Rugi banget kalau sampai tidak sempat melihat pemandangan di lereng Gunung Bromo dan sedikit gambaran keadaan masyarakat disana. Rugi gak liat muka ganteng Bachdim dan Kurniawan nampil di film (nyaris) tanpa dialog, zZzZzz hahahaa...
Mas Hanung, oke nih filmnya... Good job!

Directed by    : Hanung Bramantyo
Casts             : Yosie Kristianto, Maudy Ayunda, Sujiwo Tejo, Agus Kuncoro
My Rate :
1.    It’s a must see!!
2.    Film ini seruu..
3.    Lumayan deh buat weekend.
4.    Pinjem dvd-nya aja.
5.    Mending tunggu filmnya maen di tv.

what a great view, Indonesia
Nice outfit, Kim. Cocok masuk majalah fashion lol

ahh...speechless. <3

Senin, 29 Agustus 2011

Eid Mubarak 1432 H


Assalamualaikum...

Alhamdulillah...
We've been through another year of blessing.
Now, another Ramadhan has passed and a celebration has come.
A bright new day.
Enlightened our soul with Love.
Create peace, togetherness and smile among us.
Purify the heart with an apology.

For all mistakes i've made.
For all the hearts that i've broke. hehee
For all the wrong acts and words i've made to you.
From the bottom of my heart, i ask an apology.
Let we start over again with a pure heart and a clear path.

Ied mubarak everyone...
May this Idul Fitri will bring happiness to everyone of us.
Amin Ya Rabbal Alamin.

Wassalam.

Surabaya, August 30th 2011

Sabtu, 02 Juli 2011

Red Riding Hood (2011)





 “To chose life of honor, protecting life from darkness”


Selama bertahun tahun kehidupan Daggerhorn dihantui oleh keberadaan serigala yang suka memangsa korban. Sehingga tiap bulannya mereka mengorbankan ternak terbaik mereka agar serigala tidak menyerang penduduk desa.
Valerie (Amanda Seyfried) tinggal di desa bernama Daggerhorn. Dia jatuh cinta kepada Peter (Shiloh Fernandez), namun orang tuanya menjodohkan Valerie dengan Henry (Max Irons) yang berasal dari keluarga kaya. Valerie berencana lari bersama Peter, namun sebuah kejadian mengejutkan membatalkan niatnya. Saudara Valerie, Lucie,  dibunuh oleh serigala. Seluruh desa berduka dan marah. Para pria Daggerhorn pun memutuskan untuk memburu sang serigala. Mereka berhasil membunuh seekor serigala, namun mereka menangkap serigala yang salah. Sejak hari itu teror werewolf di Daggerhorn semakin menjadi-jadi. Valerie yang ternyata dapat berbicara dengan werewolf pun akhirnya  dikorbankan dan dijadikan umpan untuk menangkap werewolf.


Film ini unik. Sejak awal melihat trailernya, dalam hati saya sudah mengincar film ini. I actually love the idea and the story as well. Dongeng anak-anak terkenal Little red riding hood diubah menjadi cerita fiksi di layar kaca dalam format yang lebih dewasa, vintage dan gelap. Ditambah kisah cinta segitiga antara Valerie, Peter dan Henry yang jadi pemanis film. Favorit saya di bagian akhir film di tepi sungai. Tiba-tiba saja saya tersenyum teringat buku-buku cerita saya di masa kecil, i totally loovee that scene. Tapi saya harus mengakui bahwa sepertinya masih banyak yang harus ditambal sana sini. Singkatnya film ini seperti masakan kurang bumbu. Sayang sekali dengan konsep cerita yang keren seperti itu. Film ini jugalah yang membuat saya mendadak pengen merancang hoodie coat berwarna merah buat dipakai ke kantor pas musim hujan. (lah kok malah bahas fashion? *dijitak rame rame*).

Gak banyak yang bisa saya bahas, nanti takut spoiler. Tapi kalau ditanya apakah saya suka film ini? Jawabannya, iya saya suka film ini. Kalau ditanya bagus atau enggak, maybe i’ll give 70% ya..maaf ya Mbak Manda, your performance was great as always kok (kayak kenal gitu...hehee).
Eh, it been a while ya...since my latest update. Or should i say, it's been so looonggg. hehehe (sambil ngelirik tanggal di postingan bawah)
Anw glad to be back. 

Score               : 7/10

Director           : Catherine Hardwicke
Casts               : Amanda Seyfried, Lucas Haas, Gary Oldman, Shiloh Ferdandez
 

Blog Template by YummyLolly.com