Minggu, 23 Oktober 2011

Sang Penari (2011)




"Jadi ronggeng itu bukan cuma urusan perkara nari saja.” - Nyai Kertaredja
Saat kecil, Srintil dan Rasus sering menonton pertunjukan Ronggeng di dusun mereka, Dukuh Paruk. Melihat keanggunan seorang Ronggeng, Srintil kecil bercita-cita menjadi seorang Ronggeng. Saat dewasa, Srintil dan Rasus yang bersahabat sejak kecil pun saling jatuh cinta. Namun cinta mereka tidak dapat dipersatukan karena Srintil dinobatkan sebagai seorang Ronggeng yang menjadi cita-citanya sejak kecil. Menjadi seorang Ronggeng, berarti Srintil menjadi milik seluruh desa Dukuh Paruk dan harus mengabdikan diri kepada leluhurnya, jiwa dan raga. Rasus yang tidak dapat bersama dengan Srintil akhirnya memutuskan untuk bergabung dengan TNI untuk melupakan cintanya terhadap Srintil.

Rasus menghilang dari kehidupan Dukuh Paruk dan memutuskan tinggal di lingkungan tentara, sedangkan Srintil sibuk dengan kehidupannya sebagai Ronggeng.

Dukuh Paruk merupakan daerah yang terpencil, sebagian besar penduduknya tidak tahu baca dan tulis sehingga mudah dibodohi oleh Tuan2 tanah dan mandor perkebunan lokal. Kemudian seorang pemuda dari kota bernama Bakar datang ke Dukuh Paruk untuk membawa perubahan yang lebih baik bagi masyarakat setempat. Dengan membawa nama Serikat Tani, paham komunis mendekati warga Dukuh Paruk untuk menggalang suara bagi partainya. Namun disinilah awal penderitaan sesungguhnya bagi warga Dukuh Paruk.
Saat G30S PKI pecah, kekacauan muncul dimana mana, pemberantasan terhadap oknum-oknum PKI pun dimulai. Seluruh daerah jawa disisir, tak terkecuali Dukuh Paruk yang memang menjadi salah satu daerah binaan PKI. Pembantaian terhadap oknum-oknum PKI pun dimulai. Rasus yang saat itu juga terlibat dalam pembantaian PKI pun tidak dapat menahan keinginannya untuk mencari keberadaan Srintil. Mengantongi ijin dari atasannya, Rasus mencari jejak keberadaan Srintil. Usaha Rasus untuk mencari Srintil tidak mudah dan memakan waktu yang lama. Pada akhirnya nasib memepertemukan mereka, namun keadaan sudah sangat berubah sehingga mereka memilih mengambil jalan masing-masing.


Overall, saya suka dengan film ini. Mengambil setting tahun 1960-an. Walaupun intinya tetep cecintaan antara dua tokoh utama, tapi rasa 'jawa'nya, kekentalan budayanya terasa banget. Suasana pedesaan di pedalaman Jawa yang saat itu memang nyaris tidak tersentuh peradaban modern, dimana masyarakatnya masih menganut kepercayaan kuno. Saya merasa benar-benar terbawa ke suasana pedesaan Jawa jaman dulu. Setting persawahan yang masih alami, jejeran gubuk desa yang berlantaikan tanah dan tembok anyaman, serta sesajen di makam leluhur berhasil menciptakan atmosfer kuno di film ini, well kalau itu memang tujuannya. Akting-akting pemainnya juga oke banget. Walaupun bahasa jawa-nya masih agak terasa kaku di beberapa bagian (bok gue jawa yahh...), tapi bisa banget diterima lahh.... Terutama buat Prisa Nasution dan Oka Antara yang berhasil menunjukkan passion of love antara Srintil dan Rasus. Jadi ikut merasakan pedihnya, patah hatinya mereka berdua karena tidak bisa bersama.
Oh iya, hampir lupa, akting Slamet Rahardjo dan Dewi Irawan yang memang sudah senior tidak perlu diragukan lagi. Bahkan dengan budaya Ronggeng yang menurut saya agak, maaf, merendahkan wanita itu, akting mereka bisa membuat saya paham dimana letak 'keistimewaan' Ronggeng di mata budaya Jawa saat itu dan mengerti kenapa dibanggakan banget. But still yaa... miris lihatnya. Apalagi adegan urut saat luluran itu....huhuuu jahat deh L



Yang menurut saya agak kurang dari film ini adalah...LAMA. Bukan lama durasinya, tapi alurnya sedikit agak lambat. Saya masih bisa nih, bbm-an lancar dan tetap merasa 'oh masih yg ini ya?' bbm-an sambil nonton itu jarang saya lakukan, tapi saya kok malah nyari-nyari bb ya? Hehee. Penggambaran sejarahnya juga tanggung sih yaa.... Penonton harus mempunyai background pengetahuan sejarah dan politik yang cukup baik kalau ingin paham tema politik yang digambarkan di film ini. Ya kan penonton awam bisa bingung aja ... Ada orang mau ngebantuin desa supaya maju, trus genteng2 ditandai organisasi tertentu. Lalu tiba-tiba tentara menyebut Dukuh Paruk sudah 'merah' dan di radio ada jendral dibunuh, trus tiba-tiba pada ditangkap. Coba pas pembantaian ada adegan yang masyarakat ikut membasmi PKI yang tusuk2 bunker...eh?kejadian itu di Jatim ya? Hahaha beda setting tweeps, maaf. Heheee

Ronggeng yang sebelum Srintil, Mbak Happy Salma, cuantikkk yaaaaa. Eksotis abis, Indonesia sekali, sexinya ala Jawa banget. Dan saya baru tau kalo ternyata Happy Salma itu Sunda.... tapi bisa banget jadi putri jawa ya...



Kalau ditanya ini reccomended atau enggak ... saya tetap bakal bilang film ini RECCOMENDED kok, walaupun memang agak berat. Nilai budayanya kental banget, Music scoringnya oke – jawanya dapet, feelnya pas banget dengan emosi film ini , ceritanya juga bagus banget dan beberapa kekurangan yang saya ceritain diatas gak akan mengganggu kepuasan nonton film ini kok. It was just an opinion of me. Kalau lagi cari film untuk yang pure untuk hiburan , mungkin kurang cocok sih yaa... daripada pulang dengan keadaan nauseous. Hehee

Oh iya....Tanggal 10 November, film Sang penari akan tayang secara resmi di bioskop Indonesia. Jangan dilewatkan yaa


Director        : Ifa Ifansyah
Casts            : Oka Antara, Prisa Nasution, Slamet Rahardjo, Dewi Irawan, Lukman Sardi, Tio Pakusadewo


Moviegeek Rate :
  1. It's a must see!!
  2. Film ini seruu..
  3. Bagus loh
  4. Lumayan deh buat weekend.
  5. Pinjem dvd-nya aja.
  6. Mending tunggu filmnya maen di tv.






Sabtu, 22 Oktober 2011

Midnight In Paris (2011)





That Paris exists and anyone could choose to live anywhere else in the world will always be a mystery to me. - Addriana


Gil Pender (Owen Wilson) adalah seorang penulis skenario sukses yang sedang berusaha menyelesaikan novel pertamanya, namun mengalami writer's block (toss dulu). Ia dan tunangannya Inez (Rachel Mcadams) sedang berlibur ke Paris, menemani orang tua Inez yang sedang melakukan perjalanan bisnis ke kota tersebut.
Gil dan Inez memiliki pandangan yang berbeda mengenai romantisme Paris. Gil mengagumi suasana Paris di jaman 1920-an dan selalu membayangkan hidup di jaman tersebut yang ia sebut sebagai The Golden Age. Gil selalu bercerita kepada Inez, bagaimana romantisnya Paris saat hujan di malam hari, dan bagaimana ia membayangkan suasana tersebut saat tahun 1920-an. Bagi Inez, apa yang dipikirkan Gil adalah hal yang tidak masuk akal dan membuang-buang waktu.
Pada awalnya, liburan berjalan biasa saja sampai suati hari secara kebetulan mereka bertemu dengan teman Inez semasa kuliah namun Gil sedikit kesulitan untuk bisa bergaul dan beradaptasi dengan teman Inez karena Paul selalu bersikap seakan paling tahu segalanya mengenai kehidupan Prancis. Sampai pada suat malam, sehabis Gil, Inez, Paul dan Carol makan malam mereka berencana pergi ke club, namun pada malam itu Gil tidak tertarik dan memilih untuk kembali ke hotel. Dalam keadaan setengah mabuk, Gil tersesat di tengah kota Paris. Karena kelelahan Gil akhirnya bersitirahat di tangga masuk sebuah gereja. Tepat pada saat jam 12 malam, lonceng gereja berbunyi dan datanglah sebuah mobil kuno yang kemudian membawa Gil ke petualangan kota Paris yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Sebuah kejadian tak terbayangkan yang membuat Inez dan keluarganya justru menganggap Gil adalah orang yang aneh dan delusional dengan cerita-cerita anehnya itu. Akhirnya Gil memutuskan untuk menjalani Midnight In Parisnya seorang diri, tanpa Inez.
Mereka berdua pun semakin tenggelam dalam kehidupan mereka masing-masing. Inez bersama keluarga dan teman-temannya. Sedangkan Gil sibuk dengan petualangan barunya di Paris.


Midnight In Paris. ROMANTIS. Titik!
This movie describe the best, tentang romantisme Paris melalui sudut pandang yang berbeda. Menyorot romantisme dan passion kota paris dari satu jaman ke jaman yang lain. Mengangkat tema Golden Age. Romantisme Paris ini begitu terasa didukung dengan akting yang oke dan ,,, i dont know (gak ngerti istilah filmnya),, pengambilan gambar yang menurut saya cantik. Very vintage, clean, dan cantik ... bikin saya langsung jatuh cinta sejak opening film ini, bahkan dengan ilustrasi Paris di malam hari dengan lampu-lampu jalan, diiringi musik prancis daaan HUJAN!!!
Hujan dan Paris.. kurang romantis apa coba? Jadi bikin saya pengen nanya sama kamu, kapan ajak aku kesana?(*eh? #kode kok disini hahaha)

And this Golden Age theme, bikin saya, well .. , bertanya tanya : kalau di Indonesia, Masa apa yang akan saya anggap sebagai the golden age of Indonesia? Since every era ini this country only lasted not too long and each has their own fatal crisis. (32 tahun masa orde baru, saya anggap tidak cukup panjang untuk sebuah era yang stabil bcs IMHO they all were ,,almost,,fake). Eh, kenapa jadi serius gini ya?
Gak ding..gak sedramatis itu. Tapi iya, romantisme dan seni di masa itu lebih terasa. Jaman segitu kan masih belum ada gadget yang bisa bikin kita lupa sama sekitar. I mean look at us now ... gak pegang bb semenit kayak orang bego. Kemana-mana nenteng Ipad. Berkarya via instagram, Adobe Photoshop. Yah bukannya gak bagus, tapi jadi gak fokus sama sesuatu yang sifatnya basic. Pensil dan kertas. Dulu... sebelum saya menggunakan smart phone, saya selalu bawa notes kecil dan pensil. Ada aja yang digambar atau ditulis kalau lagi iseng. But then the gadgets came into my life..dan kebiasaan itu hilang sejak saya punya laptop yang agak kecilan. Eh, kenapa jadi ngomongin beginian ya?

Maaf ya, gini nih kalau nulis di tengah hujan, di teras rumah pula, dingin semriwing, pikiran kemana mana.hehee
Oke back to the movie talk then...
Di film ini akan banyak sekali tokoh terkenal yang mewarnai Midnight In Parisnya si Gil. Gak akan saya ceritakan disini, karena bagian-bagian itu memang sudah seharusnya menjadi kejutan di film ini. Setiap kejutan yang ditampilkan sama om Woody Allen di film ini, tiap orang-orang penting itu muncul, saya secara refleks bilang 'wow' dan tersenyum sepanjang film. It was just AWESOME.

Oh iya, difilm ini juga ada Carla Bruni. Cantik ya.... ibu negara Prancis ini, dulunya supermodel ya kalo gak salah and also a singer. Anggun sekali... (tanpa mengingat kelakuannya jaman muda ya ... *mendadak gosip) –semoga ini tidak termasuk spoiler.

IMHO, film ini highly reccomended! beneran nonton deh...dijamin gak rugi. Karena film ini akan memanjakan mata dan hati kamu mulai dari awal sampai akhir. Belum lagi kejutan kejutan yang akan muncul. I am totally speechless.


Director        : Woody Allen
Casts            : Owen Wilson, Rachel Mc Adams, Michael Sheen, Carla Bruni, Kurt Fuller


Moviegeek Rate :
  1. It's a must see!!
  2. Film ini seruu..
  3. Bagus loh J
  4. Lumayan deh buat weekend.
  5. Pinjem dvd-nya aja.
  6. Mending tunggu filmnya maen di tv.
     

 

The Starry Night ... kalo gak salah Vincent van Gogh


love the background






pojok kiri atas, pendar lampunya berbentuk hati. Romantis ya...
 

Blog Template by YummyLolly.com